Aku adalah seorang siswi kelas X di sebuah SMA di Ibukota. Aku siswi polos, yang belum mengerti banyak tentang sebuah kata yang familiar di telingaku, "cinta". Sampai aku duduk di bangku SMA, aku memang sudah merasakan jatuh cinta beberapa kali. Tapi, untuk merasakan status berpacaran, aku baru sekali. Dan aku kapok. Semenjak putus dari seorang lelaki asal Makassar, aku benci dengan yang namanya cinta. Ia membuat sejarah kisah cintaku berantakan. Dia bilang mau jadi 'the first and the last' aku, tapi apa.. Sejak saat itulah, I'm allergic to bullshit.
Lembaran buku SMA Semester 2 pun terbuka. Enam bulan tak terasa di SMA, mulai dari baik galaknya guru, kejamnya PR, sulitnya pelajaran, sampai tawa sedih gembira bersama teman. Tapi masih ada enam bulan lagi yang harus kulewati hingga keseriusanku di kelas 11 nanti setelah penjurusan.
"3... 2.... 1...... Kumpulkan
kertas kalian. Dan kalian boleh pulang.", kata seorang pria bertubuh
besar yang mengenakan kemeja formal dari depan kelas. Ia adalah psikolog
dan aku baru saja menyelesaikan psikotest penjurusan. Lalu semua anak kelasku berlalu lalang keluar dari kelas lalu melalui gerbang hijau tinggi. Aku pun berada ditengah-tengah mereka. Duduk manis dimotor teman baikku, Vanya. Ya, aku hanya bisa duduk manis karna aku hanya bisa naik motor, tidak mengendarainya.
Sesampai di kamar pink favoritku, aku membuka jaket jeansku, berganti pakaian, lalu membereskan semua barang-barangku yang ada di dalam tas bermotif bendera inggris ku itu. Ku keluarkan handphone layar sentuh itu, kubuka passwordnya, dan ternyata ada whatsapp. Whatsapp adalah aplikasi pesan, layaknya bbm pada blackberry, yg biasa disingkat dengan WA. Aku membuka WA itu, dan wah.. seorang siswa baru dikelasku mengirim pesan lewat WA ku.
Ia menanyakan everything about today. Yup, tentang psikotest hari ini. Awalnya sih gitu, tapi lama-lama.. Lama-lama kita malah ngobrol. Bahkan kita gak berhenti WA-an sampai besok besok dan besok. Semuanya kita omongin. Gatau mulai darimana obrolan kita. Tapi aku ngerasa nyaman aja ngobrol sama dia. Dia asik, obrolan kita juga nyambung. Apalagi ada lawakan2 gajelas dari aku maupun dia disela-sela obrolan kita. Sampe gak terasa, udah 2mingguan kita WA-an tanpa henti. Cuman jeda kalo mandi, makan, tidur, les, sama sekolah. Malah ya, kalo di sekolah, kita kaya orang gakenal. Ketemu mata aja malu. Tapi pernah sih, waktu itu sekali dia nganterin aku pulang naik motornya. Walaupun gak sampe depan rumah, tapi yaa.. Aku seneng kok. Aduh, ini apasih namanya.. Aku kapok loh jatuh cinta. Semenjak putus dari lelaki Makassar disana, aku pernah bilang kalo aku gamau pacaran lagi sampe kuliah. Tapi ternyata aku gabisa pegang omongan aku sendiri..
Hari itu hari Senin cerah, tanggal 18 Februari 2013. Hari itu biasa ajasih. Lupa deh Senin itu ada upacara atau enggak. Tapi ada yg gabisa dilupain dari hari Senin itu. Tolong dong, backsoundnya lagunya Gita Gutawa. Dua Hati Menjadi Satu. Dua hati menjadi satu. Bener kok, hari Senin itu memang ada dua hati yang menjadi satu. Hati yang pertama itu hatiku, dan hati yang kedua itu milik seorang lelaki tinggi beralis tebal. Yea, aku 'jadian'. Kata anak gaul jaman sekarang sih gitu. Aku seneng. Seneng banget. Well, I was really excited that time! Dua minggu kita ngobrol dan sekarang kita punya status. Kata 'gue' dan 'elu' berubah menjadi 'aku' dan 'kamu'. Aku dan dia pun berubah menjadi 'kita'.
Hari-hari kulewati bersama dia. Baru sebentar kok, belum ada seminggu. Tibatiba, dia punya masalah sama orangtuanya. Yang blablabla dan bla, suatu malam dia tibatiba bilang kalo dia gaboleh pacaran. Well, sebenernya juga aku belom boleh pacaran sama mama, tapi karna aku udah terlanjur suka dan sayang sama dia, aku terima aja dia, tanpa sepengetahuan mama. Denger kabar itu, aku nangis. Nangis semaleman, nangis sendirian dikamar, bersama tissues yang berserakan dilantai sebelah tempat tidur, karna tempat sampah dibawah TV juga udah penuh sama tissue yang lainnya. Guling, bantal, dan selimut juga udah basah sama air mata gaberguna itu. Kupeluk gulingku dengan erat, hingga aku jatuh tertidur..
Esok harinya, aku memasuki gerbang sekolah. Mengenakan jaket biru dongker, masker hijau tosca, rambut tergerai, dan lagu masih terdengar di telingaku melalui headset putih yg tersambung ke handphoneku. Aku membawa sebuah tissue ditanganku yang baru saja kubeli di koperasi sekolah, lalu aku memasuki kelas ku yang berada di lantai 2. Jeng.... dia ada. Dia duduk di sebuah bangku pojok paling belakang. Melihatnya, aku ingin menangis lagi seperti semalam. Aku pun segera meletakkan tasku di bangku ku, lalu berlari ke toilet. Sesampainya di toilet, aku mengunci pintu kamar mandi itu. Aku berdiri, membuka maskerku dan.. setetes demi tetes air jatuh dari mataku. Yang semakin lama semakin deras. Aku menangis di kamar mandi sekolah, tanpa suara.Bel berbunyi, aku pun mencuci mukaku, dan bersikap like everything is ok.
Dua tiga hari kita masih komunikasi biasa. Tapi dua tiga hari itu juga, aku gatau status kita itu masih atau engga. Kalo kata Melly Goeslaw sih; gantung. Sampe suatu saat, dia bilang 'gue' disela-sela candaan kita. Dan dari situlah aku beranggapan bahwa kita udah putus. Fix putus. Aku nangis. Lagi. Aku nangis lagi. Yah, aku cuman bisa nangis buat ngungkapin rasa sedih&kecewaku.
Aku punya kakak kelas. Dia semacam indigo, segala bentuk 'makhluk halus' dia udah pernah ketemu bahkan sampai ngobrol dan minum kopi bareng. Dia juga bisa baca pikiran orang. Dia everything banget deh pokoknya. Suatu hari, kita ngobrol di SMP kita dulu, karna dia kakak kelas SMP aku. Padahal aku baru bilang "Kak, aku abis putus dong..". Dia langsung nyerocos ngomong ini itu. Yang intinya, katanya ada cewek lain. Duh.. nyesek. Nusuk banget kata-katanya dia. He really hurt me. Mau nangis saat itu, tapi gaenak nangis didepan adek-adek junior paskibra SMP ku. Dia bilang sabar aja. Karma does exist kok.. And I really do believe to that words. Duh karma, I have a list of person's names you have to coming for.
Dan yea, mantanku nambah deh. Jadi dua. Dua. Dua. DUA!!! Aaaaaa banyak banget>< Kapok deh ya. Dan aku mikir. Aku punya mantan dua. Tapi mereka punya kesamaan yang banyak banget. Hmmmm. Mereka sama sama tinggi, sukanya otomotif, sukanya bawa mobil kemana-mana.Dan mereka juga sama sama..... a liar. Yea they are. Mereka pem-bo-hong.......
Hei! Big girls dont cry :)
BalasHapusI'm wishing.. Thankyou monic{}
Hapusbaru 2 rum, blom 3 hehe :D learn from experience! nice blog btw (y)
BalasHapus